™ Aan Bertekad Raih Ijazah SMA Meski Mata Tak Bisa Melihat

Jannet 07.18
Aan Bertekad Raih Ijazah SMA Meski Mata Tak Bisa Melihat
Siswa Ini Bertekad Raih Ijazah SMA Meski Mata Tak Bisa Melihat. Siswa SMALB A YKAB Solo, Yulis Pangyoanarto mengerjakan soal Ujian Nasional mata pelajaran Bahasa Indonesia menggunakan huruf braille, Senin (10/4/2017).

Suharno Laporan Wartawan Tribun Jateng,

TRIBUNNEWS.COM, Solo - Seorang pemuda yang mengenakan kemeja putih dan celana abu-abu duduk di kursi kayu di sebuah ruangan berukuran 12 meter persegi.

Di ruangan tersebut, pemuda Yulis Pangyoanarto (23) sibuk meraba tumpukan kertas soal di atas meja kayu yang berada dihadapannya.

Siswa yang akrab disapa Aan ini kemudian menuliskan sesuatu di selembar kertas menggunakan riglet atau alat khusus untuk menuliskan huruf braille.

Aan merupakan siswa Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB) A Yayasan Kesejahteraan Anak-anak buta (YKAB) Solo yang sedang mengikuti Ujian Nasional (UN).

Mulai Senin hingga Rabu (10-12/4/2017), siswa SMA kelas akhir di seluruh Indonesia melaksanakan UN serentak.

Seperti siswa normal lainnya, Aan wajib menyelesaikan empat puluh soal dalam waktu dua jam.

Bedanya, lantaran tidak bisa melihat, Aan mengerjakan kumpulan soal yang dituliskan menggunakan huruf braille.

Usai mengerjakan soal, Aan mengatakan, dia mengerjakan soal mata pelajaran Bahasa Indonesia pada hari pertama UN, Senin (10/4/2017).

"Soalnya mudah karena sudah melaksanakan belajar di rumah dan beberapa kali mengikuti ujicoba UN di sekolah," ujarnya.

Aan menambahkan meski mudah, akan tetapi ada beberapa soal yang tidak terbaca olehnya, sehingga dia membutuhkan bantuan pengawas untuk membacakan soal.

Meski mengalami keterbatasan, akan tetapi dia bertekad untuk mendapatkan ijazah demi masa depannya.

"Rencana habis lulus mau kerja dulu di sekolah ini sambil berwirausaha seperti jual pulsa dan pijat. Jadi harus perlu ijazah. Kalau kuliah, mungkin dipikir nanti," sambungnya.

Pengawas ujian di SMALB A YKAB Solo, Djalal mengatakan ini pengalaman keduanya menjaga UN anak-anak berkebutuhan khusus.

"Lebih santai mengawasi di SMALB karena yang dijaga satu. Kalau di sekolah biasa kan mengawasi puluhan siswa dalam satu ruangan," ungkapnya.

Namun, Dia menambahkan para pengawas UN untuk anak-anak berkebutuhan khusus harus sigap apabila siswa membutuhkan bantuan misalnya soal yang tidak terbaca.

Kepala SMALB A YKAB Solo, Andam Zuriadi mengatakan ada tiga siswa di tempatnya yang mengikuti UN tahun 2017 ini.

"Satu siswa untuk kategori A atau tuna netra dan dua siswa untuk kategori C atau tuna grahita. Untuk kategori A mengerjakan soal UN dari pusat sedangkan kategori C sifatnya US (ujian sekolah)," ungkapnya.

Andam yang juga Ketua Sub Rayon SLB Kota Solo mengatakan ada 16 siswa SMALB dari kategori A, B (tuna rungu), C dan D (tuna daksa) di kota Bengawan yang mengikuti UN tingkat SMA.

Para siswa ini tidak hanya berasal dari Sekolah Luar Biasa (SLB) tetapi juga siswa dari siswa SMA Negeri yang berada di kelas inklusi.

(*) "Para siswa ini memiliki hak yang sama dengan siswa normal untuk mendapatkan ijazah sehingga wajib mengikuti UN.Tidak sedikit siswa berkebutuhan khusus ini yang setelah lulus dari SMA atau SMALB yang kemudian melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi," tandasnya.


Source: Tribunnews.com

Artikel Terkait

EmoticonEmoticon

:)
:(
=(
^_^
:D
=D
=)D
|o|
@@,
;)
:-bd
:-d
:p
:ng

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.